BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Permasalahan
Persaingan dalam bidang usaha di
Indonesia semakin pesat, hal tersebut para pengusaha harus lebih keras lagi,
agar dapat bertahan dan meningkatkan pangsa pasar serta mendapatkan konsumen
baru. Perusahaan tersebut harus mempunyai strategi pemasaran yang tepat, agar
usahanya bias bertahan untuk mendapatkan
persaingan teratas dan tujuan dari perusahaan tersebut tercapai.
PT. Tama yang memproduksi pembuatan tas.
Perusahaan tersebut ingin meningkatkan volume penjualan pembuatan tas untuk
mengirimkan ke sejumlah tempat di Jakarta dengan cara meneliti hubungan antara
biaya pembuatan tas, biaya pengiriman dan biaya harga penjualan. Bagaimana cara
mengetahui laba terbesar antara biaya pembuatan tas dengan biaya pengiriman,
biaya pengiriman dengan biaya penjualan, dan biaya pembuatan tas dengan biaya
pengiriman dalam kurun waktu satu bulan dari hasil penjualan.
Promosi tersebut adalah salah salah satu cara
pemasaran yang baik dan efektif. Berdasarkan pada promosi tersebut berhasil
atau tidaknya akan dapat pengaruh pada perusahaan. Perusahan harus membuat
strategi untuk membangun suatu konsumen sepanjang masa dengan produk yang murah
dan berkualitas.
1.2
Perumusan
Masalah
Berdasarkan pada perumusan masalah
tersebut bagaimana cara mengetahui laba terbesar antara biaya pembuatan tas
dengan biaya pengiriman, biaya pengiriman dengan biaya penjualan, dan biaya
pembuatan tas dengan pengiriman dalam kurun waktu satu bulan dari hasil
penjualan.
1.3
Pembatasan
Masalah
Pembatasan
masalah tersebut bertujuan untuk membatasi langkah apa saja yang harus
dilakukan peneliti. Berdasarkan pada peneliti akan melakukan penelitian dalam
pembuatan tas yang di produksi oleh PT. Tama.
1.4
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian tersebut ingin
mengetahui konsumen dalam pembuatan tas yang diproduksi oleh PT. Tama, apakah laba
antara biaya pembuatan tas dengan biaya pengiriman, biaya pengiriman dengan
biaya penjualan, dan biaya pembuatan tas dengan pengiriman tesebut berpengaruh
dalam kurun waktu satu bulan dari hasil penjualan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Teknik Metode Sampling
Berdasarkan alam perencanaan suatu penelitian,peneliti
dihadapkan pada pilihan untuk mempelajari keseluruhan unsure populasi (manusia
atau benda) atau mempelajari hanya sebagian unsure yang diambil dari bagian
atau populasi yang lebih besar. Sampling terdiri dari berbagai jenis.
Dalam perencanaan sampling akan ditentukan bagaimana unsure diambil dari
populasi yang lebih besar atau populasi induk dan berapa jumlah unsure yang
akan diambil.
2.2 Perencanaan sampling probabilitas
Perencanan yang menentukan probabilitas atau besarnya
kemungkinan setiap unsure dijadikan sampel. Factor pengawasan yang
mendasari semua perencanaan sampling probabilitas yang utama ialah sifat
keacakan. Perencanaan sampling probabilitas yang biasa digunakan
mencakup :
1.
Sampling
acak sederhana (simple random sampling)
Pengambilan sampel dalam teknik
random ini, peneliti ini memperkirakan sampel dalam populasi berkedudukan sama
dari segi2 yang akan diteliti.
2.
Sampling
acak distratifikasi secara proposional
Jika penelitian kita memerlukan data
bertingkat, berstrata atau bergelombang dan berlapis2.
3.
Sampling
acak distratifikasi secara tidak proposional
Teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tapi kurang
proposional.
4.
Sampling
area atau gugus (area or cluster sampling)
Teknik sampling daerah digunakan
untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat
luas.
2.3 Teknik Perencanaan sampling
nonprobabilitas
Teknik pengambilan sampel tidak member peluang/kesempatan
sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tujuan umum
dari perencanaan sampling probabilitas ialah memperoleh gambaran kasar dari
sekumpulan unsure sampel. Dalam sampel non probabilitas sukar untuk menentukan
jumlah kesalahan sampling, sehingga peneliti tidak dapat menggeneralisasikan secara
langsung beberapa temuannya dengan populasi yang lebih besar. Ini karena
populasi yang ada sebagian besar tidak teridentifikasi dengan salah
satu atau semua variasi sampling nonprobabilitas. Perencanaan sampling non
probabilitas yang biasa digunakan mencakup:
1.
Sampling
sistematik
Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut. Sampling sistematik biasanya digunakan
dalam traffic survey atau marketing research.
2.
Sampling
kuota
Teknik untuk menentukan sampel secara bebas dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
3.
Sampling
aksidental
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4.
Sampling
purposive
Teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misalnya
pada penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang
yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
5.
Sampling
bola salju (snowball sampling)
Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel.
Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
6.
Sampling
saturasi
Sama sekali bukan sampling, karena metode tersebuit
didefenisikan sebagai perolehan semua unsure sampel dalam suatu populasi
tertentu yang mempunyai karakteristik yang diinginkan peneliti.
7.
Sampling
dense
Sampling secara padat. Terletak diantara sampling acak
sederhana dan sampling saturasi. Dengan menaikkan fraksi sampling menjadi satu
setengah dan mengambil mayoritas responden yang memiliki sifat atau karakter
yang diinginkan peneliti bisa dianggap sampling dense.
2.1 Metode Statistika Nonparametrik
a. Uji Tanda
Uji tanda digunakan
untuk menguji hipotesis mengenai median populasi. Dalam banyak kasus prosedur
nonparametrik, rataan digantikan oleh median sebagai parameter lokasi yang
relevan untuk diuji.
Uji tanda juga
mempunyai asumsi dimana asumsinya adalah distribusinya bersifat binomial.
Binomial artinya mempunyai dua nilai. Nilai ini dilambangkan dengan tanda,
yaitu positif dan negatif. Ini mengapa ia disebut uji tanda.
Uji tanda banyak
digunakan karena uji ini paling mudah untuk dilakukan pengujiannya dan tidak
memakan waktu yang lama. Pengerjaan pengujian ini terbilang cukup mudah.
Apabila setiap nilai pengamatan memiliki nilai lebih besar dari nilai rataannya
maka diganti dengan tanda (+). Sedangkan, apabila setiap nilai pengamatan
memiliki nilai kurang dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (-). Dan,
apabila nilai pengamatannya sama dengan nilai rataannya maka nilai pengamatan
tersebut harus dibuang.
Pengujian uji tanda
yang pertama dilakukan adalah menentukan hipotesis nolnya beserta dengan
hipotesis tandingannya. Tentukan pula taraf nyatanya beserta nilai proporsi
peubah binomial X-nya. Kemudian melakukan penghitungan Z hitung
(apabila jumlah sampel lebih dari 30) dengan nilai n merupakan jumlah data
pengamatan setelah dibandingkan dengan nilai rataannya dan nilai x adalah
jumlah data pengamatan dengan tanda (+). Dengan begitu nilai Z akan didapat dan
nilai P (proporsi)nya dapat ditentukan. Keputusan H0 akan ditolak apabila
nilai P yang didapat lebih kecil atau sama dengan nilai taraf nyatanya.
b. Uji Rang-Tanda
Uji Rang-Tanda
dicetuskan oleh Frank Wilcoxon pada tahun 1945 dan saat ini disebut sebagai uji
rang-tanda Wilcoxon. Uji ini memanfaatkan baik tanda maupun besarnya selisih.
Uji rang-tanda Wilcoxon digunakan untuk kasus dua sampel yang dependen bila
skala ukur memungkinkan kita menentukan besar selisih yang terjadi, jadi bukan
sekedar hasil pengamatan yang berbeda saja. Uji rang-tanda Wilcoxon cocok
digunakan bila kita dapat mengetahui besarnya selisih antara pasangan-pasangan
harga pengamatan X1 dan Y1 berikut arah selisih yang bersangkutan.
Apabila kita dapat menentukan besarnya setiap selisih, maka kita dapat
menetapkan peringkat untuk masing-masing selisih itu. Melalui penyusunan
peringkat selisih – selisih inilah uji Wilcoxon memanfaatkan informasi tambahan
yang tersedia.
Asumsi :
· Data untuk analisis
terdiri atas n buah beda. D1 = Y1 – X1
· Sampel X dan sampel Y
adalah Variabel- variable acak kontinyu dan beda X1 - Y1,
X2 -Y2…dst bersifat kontinyu pula.
· Hipotesis nol yang di
uji menyatakan bahwa median perbedaan pasangan nilai pengamatan kedua sampel
sama dengan nol.
2.2 Langkah – langkah uji rang-tanda Wilcoxon
:
1. Asumsikan bahwa
populasi perbedaan pasangan nilai pengamatan kedua sampel adalah variable acak
kontinyu.
2. Hipotesis
Uji satu sisi :
a. Ho : W (+) = W
(-)
Hi : W (+) > W (-)
b. Ho : W (+) = W
(-)
Hi : W (+) < W (-)
Uji dua sisi :
Ho : W (+) = W
(-)
Hi : W (+) ≠
W (-)
W (+) : Jumlah
semua peringkat selisih pasangan pengamatan (Wi, Yi) yang bertanda
positif.
W (-) : Jumlah
semua peringkat selisih pasangan pengamatan (Wi, Yi) yang bertanda negative.
3. Untuk setiap pasangan
nilai pengamatan (Xi, Yi), hitung perbedaannya (di = Xi – Yi).
4. Berikan peringkat
terhadap perbedaan nilai pasangan pengamatan, mulai dari peringkat 1 untuk
perbedaan terkecil hingga peringkat n untuk perbedaan terbesar. Bila terdapat
perbedaan nilai pasangan yang sama, perbedaan pasangan nilai yang sama di beri
peringkat rata-ratanya . untuk beda nol, tidak diperhatikan.
5. Bubuhkan tanda kepada
peringkat yang sudah dibuat itu: positif atau negative sesuai dengan tanda
perbedaan nilai pengamatan aslinya.
6. Hitung banyaknya
di yang bertanda positif (disebut W+) dan negative (disebut W_).
7. Statistik uji
peringkat bertanda Wilcoxon ialah W. M yang dipakai ialah W+ atau
W_ yang nilainya lebih kecil :
8. W+ = ∑
Ri (Semua peringkat positif) dan │W-│= │∑Ri│(Semua peringkat Negatif)
Hipotesa nol ditolak
apabilai nilai W+, W-, atau W lebih kecil atau sama dengan nilai di tabel yang
sesuai.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Studi
Kasus
Studi
kasus merupakan suatu alat yang menjelaskan masalah penelitian yang ada dalam
laporan akhir. Berikut ini adalah studi kasus pada uji peringkat bertanda
Wilcoxon dan uji kebebasan.
1.
Uji
Peringkat Bertanda Wilcoxon.
PT. Tama
adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam pembuatan tas untuk pria. Tas yang
di produksi baru-baru ini disesuaikan dengan keadaan cuaca yang selalu buruk
yaitu perusahaan tersebut membuat inovasi terbaru dengan menambahkan cover bag guna melindungi tas dari
hujan. Pihak manajer PT. Tama ingin mengetahui jumlah penjualan tas dengan
melakukan survey pada 20 toko yang menjual tas dari PT. Tama selama 1 minggu.
Survey dilakukan guna mengetahui hasil penjualan tas yang sebelum diinovasi dan
sesudah diinovasi. Berikut ini adalah hasil surveynya.
Tabel 3.1 Data Survey Tas
Toko
|
Sebelum Diinovasi (unit)
|
Sesudah Diinovasi (unit)
|
1
|
22
|
34
|
2
|
35
|
31
|
3
|
20
|
23
|
4
|
26
|
20
|
5
|
29
|
36
|
6
|
35
|
37
|
7
|
20
|
30
|
8
|
41
|
49
|
9
|
35
|
39
|
10
|
24
|
35
|
11
|
50
|
53
|
12
|
39
|
40
|
13
|
47
|
47
|
14
|
40
|
34
|
15
|
9
|
18
|
16
|
14
|
18
|
17
|
30
|
28
|
18
|
45
|
50
|
19
|
22
|
29
|
20
|
30
|
40
|
Berdasarkan
data diatas akan diuji apakah tas yang telah diinovasi lebih laku terjual
dibanding dengan tas sebelum diinovasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
tingkat signifikansi sebesar 0,05.
2.
Uji
Kebebasan Chi-Square
Perusahaan
PT. Tama yang memproduksi tas membuat model tas terbaru guna menarik peminat
pembelinya. Varian model baru tersebut terdiri dari model messanger bag, sling
bag, briefcase, backpack dan duffel bag. Manajer PT. Tama ingin melakukan
pengamatan terhadap distribusi varian model tas per-unitnya pada 5 daerah
distribusi tas berbeda yaitu Karawang, Cikarang, Cibitung, Tambun, dan Bekasi
dalam 1 bulan. Manajer PT. Tama ingin menguji apakah distribusi untuk setiap
varian model tas bergantung terhadap daerah distribusinya (dependent) atau tidak. Berikut merupakan data pengamatan rata-rata
penjualan varian model tas pada 5 daerah distribusi berbeda.
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Distribusi Tas
Daerah
|
Varian Model Tas (per unit)
|
||||
Messanger bag
|
Sling bag
|
Briefcase
|
Backpack
|
Duffel bag
|
|
Karawang
|
12
|
10
|
8
|
13
|
11
|
Cikarang
|
10
|
15
|
9
|
13
|
12
|
Cibitung
|
14
|
8
|
10
|
7
|
16
|
Tambun
|
9
|
13
|
11
|
12
|
9
|
Bekasi
|
15
|
10
|
15
|
9
|
17
|
Berdasarkan
data di atas, akan diuji apakah distribusi untuk tiap varian model tas
bergantung terhadap daerah distribusinya (dependent)
atau tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar
0,05.
3.2 Perhitungan Manual
Perhitungan
manual pada modul nonparametric
statistics ini akan menjawab dan hasil dari dua studi kasus. Studi kasus
yang pertama mencari uji peringkat bertanda Wilcoxon sedangkan pada studi kasus
yang kedua menentukan uji kebebasan.
1.
Uji
Peringkat Bertanda Wilcoxon
Pengujian
bertanda Wilcoxon secara berurut dapat dilakukan dengan menentukan hipotesis, menentukan taraf nyata dan nilai T tabel, menentukan
kriteria pengujian, menentukan nilai uji statistik dan menarik kesimpulan.
Taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar 0,05.
a.
Menentukan
Hipotesis
H0
= Model tas dengan inovasi baru tidak lebih laku terjual dari pada sebelum
inovasi.
H1 =
Model tas dengan inovasi baru lebih laku terjual dari pada sebelum inovasi.
b.
Menentukan
Taraf Nyata (α) dan Nilai Ttabel.
α =
0,05, dengan n = 19
Maka : T0,05;19
= 53
c.
Kriteria
Pengujian.
H0 diterima
apabila Thitung - > 53
H0 ditolak
apabila Thitung - ≤ 53
d.
Nilai Uji Statistik
Tabel
3.3 Nilai Uji Statistik
Toko
|
X
|
Y
|
Beda
(X-Y)
|
Jenjang
|
Tanda Jenjang
|
|
+
|
-
|
|||||
1
|
22
|
34
|
+12
|
19
|
19
|
|
2
|
35
|
31
|
-4
|
7
|
|
7
|
3
|
20
|
23
|
+3
|
4,5
|
4,5
|
|
4
|
26
|
20
|
-6
|
10,5
|
|
10,5
|
5
|
29
|
36
|
+7
|
12,5
|
12,5
|
|
6
|
35
|
37
|
+2
|
2,5
|
2,5
|
|
7
|
20
|
30
|
+10
|
16,5
|
16,5
|
|
8
|
41
|
49
|
+8
|
14
|
14
|
|
9
|
35
|
39
|
+4
|
7
|
7
|
|
10
|
24
|
35
|
+11
|
18
|
18
|
|
11
|
50
|
53
|
+3
|
4,5
|
4,5
|
|
12
|
39
|
40
|
+1
|
1
|
1
|
|
13
|
47
|
47
|
0
|
0
|
0
|
0
|
14
|
40
|
34
|
-6
|
10,5
|
|
10,5
|
15
|
9
|
18
|
+9
|
15
|
15
|
|
16
|
14
|
18
|
+4
|
7
|
7
|
|
17
|
30
|
28
|
-2
|
2,5
|
|
2,5
|
18
|
45
|
50
|
+5
|
9
|
9
|
|
19
|
22
|
29
|
+7
|
12,5
|
12,5
|
|
20
|
30
|
40
|
+10
|
16,5
|
16,5
|
|
Total
|
159,5
|
30,5
|
Berdasarkan nilai uji statistik jadi nilai perhitungan Thitung
- > = 30,5
e.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil perhitungan, Thitung - > T0,05, maka
H0 ditolak. Jadi, model tas dengan inovasi baru lebih laku terjual
dari pada sebelum inovasi.
2.
Uji
Kebebasan Chi-Square
Langkah-langkah yang harus
dilakukan pada perhitungan manual uji kebebasan adalah menentukan hipotesis,
derajat kebebasannya, nilai hitung dan terakhir menarik kesimpulan. Berikut
adalah penjabaran dari perhitungan manual uji kebebasan.
Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Distribusi Tas
Daerah
|
Varian Model Tas (per unit)
|
Jumlah
|
||||
Messanger bag
|
Sling bag
|
Briefcase
|
Backpack
|
Duffel bag
|
||
Karawang
|
12
|
10
|
8
|
13
|
11
|
54
|
Cikarang
|
10
|
15
|
9
|
13
|
12
|
59
|
Cibitung
|
14
|
8
|
10
|
7
|
16
|
55
|
Tambun
|
9
|
13
|
11
|
12
|
9
|
54
|
Bekasi
|
15
|
10
|
15
|
9
|
17
|
66
|
Jumlah
|
60
|
56
|
53
|
54
|
65
|
288
|
a.
Hipotesis
H0 : Tingkat distribusi tas pada
suatu daerah saling bebas terhadap varian model tas.
H1: Tingkat distribusi tas pada
suatu daerah tidak saling bebas terhadap varian model tas.
b. Derajat Kebebasan
Derajat
kebebasnnya diperoleh dengan rumus:
d.f = (b - 1)(k - 1)
= (5–1)(5–1) = 16
Taraf
nyata = 0,05
Nilai
X2 tabelnya adalah = 26,296
c. Kriteria
Jika X2
hitung ≤ X2 tabel, maka H0 diterima.
Jika X2
hitung > X2 tabel, maka H0 ditolak.
d.
Nilai
Uji Statistik
Frekuensi harapan distribusi tas untuk daerah Karawang.
Contoh perhitungan: Fe1
= = 11,25
Frekuensi harapan
distribusi tas untuk daerah Cikarang.
Contoh perhitungan: Fe1= = 12,29
Frekuensi harapan distribusi tas untuk daerah Cibitung.
Contoh perhitungan: Fe1 = = 11,46
Frekuensi
harapan distribusi tas untuk daerah Tambun.
Contoh
perhitungan: Fe1 = = 11,25
Frekuensi
harapan distribusi tas untuk daerah Bekasi.
Contoh
perhitungan: Fe1 = = 13,75
Tabel 3.5 Kontingensi Uji Kebebasan
Daerah
|
Varian
Model Tas
|
Jumlah
|
||||||||||
Messanger
bag
|
Sling bag
|
Briefcase
|
Backpack
|
Duffel bag
|
||||||||
F0
|
Fe
|
F0
|
Fe
|
F0
|
Fe
|
F0
|
Fe
|
F0
|
Fe
|
F0
|
Fe
|
|
Karawang
|
12
|
11.25
|
10
|
10.5
|
8
|
9.93
|
13
|
10.13
|
11
|
12.19
|
54
|
54
|
Cikarang
|
10
|
12.29
|
15
|
11.47
|
9
|
10.86
|
13
|
11.06
|
12
|
13.32
|
59
|
59
|
Cibitung
|
14
|
11.46
|
8
|
10.7
|
10
|
10.12
|
7
|
10.31
|
16
|
12.41
|
55
|
55
|
Tambun
|
9
|
11.25
|
13
|
10.5
|
11
|
9.94
|
12
|
10.12
|
9
|
12.19
|
54
|
54
|
Bekasi
|
15
|
13.75
|
10
|
12.83
|
15
|
12.15
|
9
|
12.38
|
17
|
14.89
|
66
|
66
|
Jumlah
|
60
|
60
|
56
|
56
|
53
|
53
|
54
|
54
|
65
|
65
|
288
|
288
|
X2hitung =
X2Karawang = + + + +
=
0,05 + 0,02 + 0,38 + 0,81 + 0,12 = 1,38
X2Cikarang = + + + +
= 0,43 + 1,09 + 0,32 + 0,34 +
0,13= 2,31
X2Cibitung = + + + +
= 0,56 +
0,68 + 0,001 + 1,06 + 0,53 = 2,84
X2Tambun = + + + +
= 0,45 +
0,6 + 0,11 + 0,35 + 0,83= 2,34
X2Bekasi = + + + +
= 0,11 +
0,62 + 0,67 + 0,92 + 0,29 = 2,61
Total X2 hitung = 1,38+ 2,31 + 2,84 + 2,34 +
2,61 = 11,48
e. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang didapat, nilai X2 hitung lebih kecil dari dari pada X2
tabel yang sebesar 26,296 yang menyatakan H0 diterima yang
berarti tingkat distribusi tas pada suatu daerah saling bebas terhadap varian
model tas.