Jumat, 04 Juli 2014

PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN



        Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Indonesia banyak menimbukan pro dan kontra. Pertambahan jumlah penduduk yang terlalu cepat dapat menimbulkan banyak permasalahan. Pertambahan penduduk tentunya menuntut juga penambahan berbagai fasilitas, misalnya perumahan, sekolah, angkutan, dan pekerjaan. Pertambahan penduduk yang berlangsung terlalu cepat, menyebabkan tidak cukup waktu untuk merencanakan dan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Sebagai salah satu contohnya adalah untuk sebagian orang  yang tinggal di perkotaan mungkin pernah melihat atau merasakan bahwa jalanan sering macet, rumah rumah saling berhimpitan, dan tidak ada lapangan untuk bermain. Hal tersebut merupakan salah satu dampak dari per tambahan penduduk yang terjadi di suatu tempat.
            Pertambahan penduduk di Indonesia saja sudah sangat banyak. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya catatan dari data statistik Indonesia dapat dikatakan bahwa  hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1  juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025. Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan  0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.
Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak merata.  Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase  penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5  persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama.  Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk
Berdasarkan adanya per tambahan jumlah penduduk di Indonesia tentu saja dapat berpengaruh kepada lingkungan dan pemukiman dari masyarakat. Sebagai contoh tentu saja dengan adanya jumlah penduduk yang semakin bertambah namun tidak disertakan dengan penambahan fasilitas tentu saja aka menimbulkan banyakya pemukiman kumuh yang belum tentu hal tersebtu didirikan secara legal.
            Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj33N26U9zfwvjRkFOIkrliaO0Z_n5CKtWOwWmIxsRu_iFpLdp0aOmnBkEPzmhYZVoJioTb_sf5WoWdMFKuAUVSuFikr0eF6tWzo8Ux_oRJdR89LZiJIJY3tKf0_ZGTWH5v9sEbJqT6A9s/s1600/jakarta_slumhome_Poverty+in+Indonesia.jpg
Gambar 1


Description: http://putracenter.files.wordpress.com/2012/09/padat-penduduk.jpg
Gambar 2

                Berdasarkan gambar-gambar diatas tersebut dapat dikatakan bahwa inilah dampak dari adanya per tambahan penduduk yang semakin besar. Adanya pemukiman kumuh yang tidak terkendali dan justru dapat menyebabkan banyaknya sampah yang ada. Selain  itu adanya pemukiman warga yang dibangun dengan saling merapat yang justru menyebab lingkungan tidak kondusif dan dapat menyebabkan ketidak nyamanan.
            Apabila pertambahan penduduk di Indonesia tidak terkendali dan semakin banyak maka serta tidak adanya penambahan fasilitas yang cukup maka tidak menutup kemungkinan bahwa akan terjadi dampak yang lebih buruk. Misalnya saja seperti banyaknya gelandangan-gelandangan yang ada akibat tidak memiliki fasilitas tempat tinggal atau pemukiman yang justru bisa merugikan pihak lain seperti pada gambar berikut yang menunjukan sebagai potret kehidupan masyrakat yang tidak mampu mendapatkan fasilitas yang layak sehingga akhirnya mereka menjadi gelandangan.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJaM9xxlWsbW2ae5e5RXUzdSJvcEce90MZqCLsZCajpK5D28xU9kn2Hwbc7WGWQ3rJAGs5481dQpKIgmTcqkdNSbkQzEVO_NGNeX8caBzRDwjwDJ9IxwOOXLrKEkqZK77fZndBh5CeE6E/s1600/jnachtwey_wm_poverty.jpg
Gambar 3
                Dengan adanya permasalahan yang terjadi di Indonesia menyangkut per tambahan penduduk dan lingkungan pemukiman ini, maka harus dilakukan banyak sekali perbaikan dan berbagai pihak. Tentu saja dari pemerintah khusus nya harus bisa mengendalikan arus per tambahan penduduk yang terjadi, selain itu dengan adanya per tambahan penduduk yang terjadi tentu saja harus diadakan juga penambahan fasilitas yang sesuai dengan kapasitas dari negara kita Indonesia. Pemerintah juga harus bisa mengupayakan untuk mengatur penyebaran penduduk yang ada, sebab apabila tidak maka yang terjadi adalah suatu tempat yang dihuni akan penuh dengan penduduk dan tidak adanya keseimbangan jumlah penduduk di berbagai tempat. Dengan adanya upaya tersebut tentu saja dapat berpengaruh positif terhadap pengendalian per tambahan penduduk, diantaranya lingkungan pemukiman semakin baik, dapat meminimalisir pemukiman ilegal, dan masih banyak dampak positif lainnya yang dapat terjadi. Selain dari segi pemerintah tentu saja dari segi pribadi juga dibutuhkan, seperti harus adanya pengetahuan dari orang-orang tentang keluarga berencana (KB) serta pengetahuan lain yang dapat menekan angka kelahiran agar tidak terlalu meningkat, dan lain lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar